Minggu, 28 April 2013

Launching Acara Rutinan Malam Jumat dan Blog PKPT UIN Maliki Malang

26 April 2013

Bertempat di Masjid At-Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, acara Launching Acara Rutinan Malan Jumat digelar. Acara tersebut dihadiri sekitar 20 orang dan diresmikan oleh Rekan Lukman.


Acara tersebut dimulai pada pukul 19.30 WIB (dan untiuk seterusnya setiap Malam Jumat) dan didahuli dengan tahlil kemudian dilanjutkan dengan diskusi seputar masalah-masalah terkini. Pada pembukaan pertama, Rekan Lukman juga memberikan pencerahan dalam diskusi dengan tema "Filsafat Humor".stress berat. Dan mereka membutuhkan sebuah pelampiasan dengan humor dan bercanda. Dan pelampiasan tersebut menjadi sebuah tradisi dalam pesantren dengan adanya gojoklan dan petuah-petuah jenaka. Bahkan beliau menegaskan bahwa Nabi SAW juga seorang yang humoris. Suatu ketika datanglah seorang nenek kepada Nabi SAW dan bertanya apakah dirinya bisa masuk surga. Kemudian Nabi SAW menjawab bahwa di surga tidak ada orang seperti dia. Akhirnya nenek tersebut tampak kecewa. Kemudian Nabi SAW tersenyum, dan menjawab bahwa di surga semua orang menjadi muda, tidak ada yang tua.
Beliau mengatakan bahwa rakyat Indonesia  sedang dirundung

Setelah acara diskusi, barulah dilanjut dengan acara Launching dari Devisi Infokom berupa blog ini (cie.......!!!!), Grup FB, dan Twitter di @pkptuinmaliki. Kemudian Rekan Lukman meresmikannya dengan bacaan Al-Fatihah dan Doa, semoga dengan adanya Blog, Grup FB, dan Twitter ini bisa menjadi sarana komunikasi dan dakwah kepada khalayak umum. Gotcha.....!!!
Read more »»  

Peran IPNU-IPPNU di Perguruan Tinggi Indonesia

Surabaya, 27 April 2013

Bertempat di Aula Ponpes Mukmin Mandiri, Universitas Sunan Giri (UNSURI) Sidoarjo, acara Sarasehan & Temu PKPT IPNU-IPPNU se-Jawa Timur dihadiri oleh 9 perwakilan dari seluruh Jawa Timur. Sembilan perwakilan tersebut adalah UNSURI selaku tuan rumah, Universitas Jember (Unej), UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, IAIN Sunan Ampel Surabaya, UNISDA Sidoarjo, STAIN Kediri, beberapa perwakilan dari PKPT se-Kabupaten Nganjuk, dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA).

Dengan mengambil tema "Peran IPNU-IPPNU di Perguruan Tinggi Indonesia, acara ini memfokuskan pada pembahasan beberapa persoalan PKPT, diantaranya :
  1. PKPT sebagai salah satu ujung tombak perjuangan IPNU-IPPNU
  2. PKPT sebagai wadah IPNU-IPPNU di kampus
  3. Arah dan tujuan PKPT selanjutnya
  4. Legalitas PKPT

Dari beberapa pembahasan tersebut, berikut tanggapan-tanggapan dari para peserta:
  1. Status PKPT masih setara PAC atau lebih tinggi?
  2. Adanya ambigu tentang arah pengkaderan dan PKPT (apakah politik, dakwah, atau yang lain?)
  3. Tidak adanya sistem pemilihan ketua dan masa jabatan yang seragam, dan belum standarisasi program kerja
  4. Status kebolehan PKPT dalam berpolitik ( kaitannya dengan PMII)
  5. Belum adanya kejelasan standar prosedur MAKESTA dan LAKMUD
  6. Apakah MAKESTA masih diperlukan, kalau sudah ada LAKMUD?
  7. Di Jawa Tengah tidak ada PKPT (Lho KOK BISA???)

Dari berbagai tanggapan tersebut, dan pembahasan-2 yang alot, akhirnya diputuskan:
  1. Status PKPT setara PAC
  2. Masa jabatan PKPT adalah 1 tahun, dan ketua dipilih melalui Konferensi Komisariat
  3. Standarisasi program kerja dan AD/ART mengacu kepada peraturan PBNU tentang PKPT dan PAC
  4. Konferensi Luar Biasa (KLB) diadakan apabila terjadi perubahan AD/ART, penggantian ketua karena sebab khusus, dan adanya kejadian luar biasa yang menuntut adanya KLB
  5. Garis Koordinasi PKPT kepada PCNU, karena setara PAC
  6. Kaderisasi PKPT tetap 2, LAKMUD dan MAKESTA.
Pada akhirnya acara diakhiri dengan tahlilan dan ramah-tamah. Dan semoga di pertemuan selanjutnya, bisa lebih sukses. Gotcha.............
Read more »»  

Kamis, 25 April 2013

PP IPNU: Jangan Ada yang Cari Untung atas Penundaan UN


Jakarta, NU Online
Pengurus Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) menghimbau agar kasus penundaan Ujian Nasional UN tidak disikapi dengan emosional sekalipun kejadian ini yang pertama kalinya terjadi dalam sejarah pendidikan bangsa ini.

Sangat patut disayangkan dan tetap meminta agar pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus bertanggung jawab.

Ketua Umum PP IPNU mengatakan banyak hal penyebab kejadian penundaan UN bisa terjadi, bisa karena kurangnya persiapan teknis pengadaan soal dan teknis distribusi, lemahnya kontrol pengawasan, proses tender dengan perusahaan yang tidak jelas dan lain-lain. Tapi ia mengingatkan jangan sampai kasus Penundaan UN ini ada pihak yang diuntungkan secara materi dan politik

"Hal ini tidak boleh terjadi lagi, seluruh dunia menyoroti kasus kejadian langka ini, jelas dalam hal ini siswa sangat dirugikan, dan jangan ada pihak memanfaatkan ini untuk pencitraan politik di tahun politik ini dan kami meminta agar ada proses pengusutan mekanisme tender pengadaan soal yang jelas sangat merugikan negara puluhan milyar ini," tegas Anam di Jakarta, Selasa (16/4).

Anam menambahkan, jangan ada pihak yang mendahulukan proyek pengadaan soal tapi menomorduakan proyek percetakan generasi penerus bangsa ini bisa sangat berbahaya.

Untuk itu dalam hal ini PP IPNU meminta agar semua pihak bersikap secara obyektif dan mencari solusi bersama agar kejadian ini tidak terulang kembali karena ini menyangkut masa depan tunas-tunas bangsa.

Pengurus PW dan PC IPNU di daerah juga diminta agar mengawal proses pelaksanaan UN ini, indikasi kebocoran soal, kerahasiaan dan hal-hal yang mengganggu jalannya pelaksanaan UN di daerah tetap dikawal.

Harapan PP IPNU juga agar semua siswa tetap tenang dan agar tetap berkonsentrasi mengikuti ujian, persiapan mantap akan berbanding lurus dengan hasil yang akan dicapai.

Read more »»  

Munculnya Departemen Perguruan Tinggi IPNU, PMII

Kelahiran Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tidak dapat dipisahkan dengan kelahiran dan keberadaan IPNU-IPPNU. Secara Yuridis Formal bahkan dalam mukaddimah PD/PRT (kini disebut AD/ART) PMII telah dinyatakan dengan tegas bahwa PMII adalah kelanjutan dari Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang telah dibentuk dalam Muktamar III IPNU di Cirebon Jawa Barat.

Oleh karena itu sebelum kita menginjak tentang sejarah perjuangan PMII alangkah lebih baiknya apabila kita menengok sebentar tentang kelahiran dan keberadaan IPNU sebagai “Modal Dasar” berdirinya PMII. Bukankah masa kini merupakan kelanjutan dari masa lalu?

Upaya untuk membentuk wadah organisasi pelajar dikalangan NU jauh hari sebenarnya sudah lama ada. Tercatat dalam sejarah perjalanan IPNU-IPPNU, pada tahun 1936 di Jombang Jawa Timur telah berdiri sebuah organisasi yang menghimpun santri-santri Pondok Pesantren. Organisasi itu kemudin dikenal dengan nama Persatuan Santri Nahdlatul Oelama (PSNO). Berdirinya PSNO walaupun hanya terbatas di kalangan pelajar pondok pesantren di Jatim saja, akan tetapi keberadaannya, patut dicatat dalam lembaran sejarah terutama sejarah kaum Nahdliyin, karena hal ini merupakan satu kesadaran yang penting; betapa perlunya hidup berorganisasi di kalangan pelajar.

Entah karena situasi Nasional ataupun karena terdapatnya kelemahan-kelemahan organisasional PSNO itu sendiri, akhirnya organisasi ini tidak pernah terdengar dalam percaturan dunia pelajar Indonesia, sampai dengan timbulnya satu kesadaran baru dikalangan pelajar NU yang berada di Surakarta untuk kembali menghimpun diri dalam satu wadah perjuangan khusus pelajar.

Di Kota Surakarta, (yang biasa dijadikan barometernya politik Jawa Tengah - pen) Sekelompok Pelajar SMA Negeri Surakarta yang dipelopori oleh rekan Mustahal Ahmad dan A Chalid Mawardi pada tanggal 27 Desember 1953, mendirikan satu wadah organisasi yang menghimpun para pelajar NU. Organisasi ini masih bersifat lokal dan bernama Ikatan Pelajar Nahdatul ‘Ulama Surakarta (IPNUS). Agar wadah ini berkembang menjadi wadah Nasional dan manfaatnya akan jauh lebih besar, maka 4 (empat) orang tokoh pelajar NU (rekan A Mustahal Ahmad, A. Ghoni Farida, dan rekan Sofyan Kholil serta A Chalid Mawardi) dalam Konferensi Besar I Lembaga Pendidikan maarif NU mereka minta untuk diberi kesempatan berbicara.

Dalam acara persidangan tersebut juru bicara dari para pelajar tersebut adalah rekan Chalid Mawardi (Bp. Drs H. Mustahal Ahmad pernah mengatakan sebenarnya beliau yang akan berbicara karena secara usia beliau lebih tua dari Bp. A Khalid Mawardi, tetapi karena vokal Bp. Chalid Mawardi lebih baik maka beliau diberi kesempatan berbicara terlebih dahulu - Pen) setelah juru bicara itu secara panjang lebar menguraikan betapa pentingnya ada satu wadah dikalangan pelajar-pelajar NU yang wadah ini bertujuan antara lain:

1. Untuk melanjutkan azaz NU yakni Ahlus Sunnah Waljamaah.

2. Sebagai konsekensi terhadap Partai NU yang secara terang dan tegas menyatakan keluar dari Masyumi dan menjadi partai yang berdiri sendiri.

3. Adanya kenyataan bahwa PII (Pelajar Islam Indonesia) belum dapat menampung pelajar-pelajar umum dan pelajar pesantren.

Akhirnya setelah mendengar dari kedua tokoh pelajar tersebut, maka Konbes I LP maarif NU dengan suara bulat dalam persidangannya pada hari Rabu tanggal 24 Februari 1954 menerima dengan bulat lahirnya organisasi Pelajar NU ini (yang kemudian dikenal dengan nama IPNU) dan menunjuk rekan Tolhah Mansyur sebagai ketua pertama.

Disusul kemudian pada 2 Maret 1955, berdiri pula Ikatan Pelajar Nahdalatul Ulama Putri di Solo. Organisasi ini untuk pertama kali disponsori oleh Umroh Mahfudzoh, Nihayah Mujib, dan Rumsiah. Bersamaan dengan muktamar I IPNU di Malang yang diselenggarakan pada tanggal 28 Februari s/d 5 Maret 1955 diusulkan dalam forum Muktamar ini dibentuknya satu wadah organisasi baru yang khusus menampung pelajar putri NU.

Dalam wadah IPNU-IPPNU itu banyak juga terdapat para mahasiswa yang menjadi anggotanya, bahkan hampir seluruh anggota pengurus pusat telah berpredikat sebagai mahasiswa. Oleh karena itu lama kelamaan ada keinginan di kalangan mereka untuk membentuk wadah yang khusus menghimpun para mahasiswa NU.

Suara-suara ini sangat nyaring terdengar terutama dalam muktamar III IPNU pada tanggal 1 – 5 Januari 1957 di Pekalongan, tetapi pucuk pimpinan IPNU sendiri masih belum menanggapi dengan serius suara-suara ini dikarenakan kondisi seperti yang dipaparkan di atas, yakni banyaknya pengurus IPNU-IPPNU yang telah menjadi mahasiswa, sehingga dikhawatirkan kalau wadah khusus mahasiswa ini berdiri akan lenyaplah IPNU-IPPNU.

Tetapi nampaknya aspirasi ini makin kuat, terbukti dalam muktamar III IPNU pada tanggal 27 – 31 Desember 1958 di Cirebon pucuk pimpinan IPNU setelah didorong oleh para peserta muktamar mengabulkan adanya satu wadah khusus yang menghimpun para mahasiswa NU tetapi secara fungsional dan organisatoris struktural masih didalam naungan IPNU – IPPNU yakni dengan nama wadah Departemen Perguruan Tinggi IPNU.

Nampaknya upaya untuk menanggulangi permasalah ini belum menunjukkan hasilnya. Keberadaan Departemen Perguruan Tinggi IPNU tidak berhasil menjawab permasalahan mahasiswa NU. Terbukti dalam konferensi Besar I IPNU pada tanggal 14 – 16 Maret 1960 di Kaliurang Yogyakarta Forum konferensi Besar memutuskan menyetujui terbentuknya organisasi mahasiswa NU yang terpisah secara struktural maupun fungsional dari IPNU IPPNU.  (Ajie Najmuddin/Red:Anam)


Sumber: Sejarah singkat IPNU IPPNU, buku. Kenang-kenangan Makesta IPNU-IPPNU Kodya Surakarta (1970) ; Buku Sejarah PMII Surakarta.
Read more »»  

Jalan Terjal Terbentuknya Organisasi Mahasiswa NU

Kemunculan Departemen Perguruan Tinggi dalam IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), merupakan sebuah upaya untuk mewadahi para mahasiswa NU yang ada di IPNU-IPPNU. Hal tersebut terwujud pada muktamar III IPNU pada tanggal 27 – 31 Desember 1958 di Cirebon

Namun, upaya untuk mendirikan satu organisasi yang menghimpun para mahasiswa NU tersebut sebenarnya sudah lama ada, hal ini terbukti dengan adanya kegiatan sekelompok mahasiswa NU yang berdomisili di Jakarta untuk mendirikan IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdatul Ulama) yakni pada bulan Desember 1955.

Untuk lebih jelasnya kita kutipkan tulisan A. Chalim: “Hasrat untuk mahasiswa Islam yang berhaluan Ahlusunha wal jamaah untuk mendirikan organisasi tersendiri sebenarnya sudah lama ada, dan karena Partai Nahdatul Ulama adalah merupakan refleksi dari Islam Ahlusunha Wal Jamaah organisasi itu (IMANU, Pen) diorientasikan kepadanya (Partai NU), cita pembentukan organisasi itu pada bulan Desember 1955 di Jakarta dengan nama IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdatul Ulama)”.

Namun, kehadirannya oleh PP. IPNU belum bisa diterima. Karena selain kelahiran IPNU itu sendiri masih baru yaitu pada tanggal 24 Februari 1954, pada waktu diadakan konferensi Besar Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdatul Ulama se Indonesia di Semarang, yang juga banyak diantara pengurus IPNU itu sendiri kebetulan sebagian besar mahasiswa sehingga apabila IMANU didirikan dikhawatirkan justru akan lenyapnya IPNU.

Dari adanya keberatan para aktifis IPNU itu maka boleh dikatakan bahwasanya kehadiran IMANU itu menemui jalan buntu atau lebih tepat dikatakan mati sebelum dibesarkan. Tetapi usaha usaha untuk mendirikan organisasi mahasiswa NU itu tetap terus berlanjut bahkan dapat pula dicatatkan disini satu usaha untuk mendirikan organisasi mahasiswa NU itu pernah pula mencapai keberhasilan walaupun sifat organisasi itu hanya bersifat lokal.

Kemunculan KMNU di Solo

Upaya untuk membentuk organisasi mahasiswa NU tersebut juga terjadi Di Kota Surakarta, Jawa tengah. Sekelompok mahasiswa NU yang dimotori oleh sahabat H. Mustahal Ahmad (waktu itu beliau mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Cokroaminoto Surakarta), dengan mendirikan keluarga mahasiswa Nahdatul Ulama (Surakarta) juga pada tahun 1955, bahkan boleh dikatakan KMNU adalah satu-satunya organisasi mahasiswa NU yang dapat bertahan sampai dengan lahirnya PMII pada tahun 1960.

Kelahiran dan perkembangan KMNU ini, walaupun tidak ada sangkut pautnya dengan PMII, secara kronologis historis dengan kelahiran PMII tetapi perlu pula kami catatkan disini sebab nanti ketika PMII dibentuk di Surabaya, salah satu bahkan dua diantara 13 sponsor pendiri PMII berasal dari Kota Solo.

Kembali usaha untuk mendirikan satu organisasi mahasiswa NU yang bersifat nasional masih terus berlanjut, hal ini terbukti dari makin besarnya keinginan para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa sendiri, suara-suara itu didengungkan dalam Muktamar II IPNU pada tahun 1957 di kota Pekalongan. Hal ini seperti dituturkan oleh sahabat Wail Haris Sugianto, “Tiga tahun setelah berdirinya IPNU yaitu dalam Muktamar II IPNU di kota Pekalongan yang diselenggarakan pada tanggal 1-5 Januari 1957 nampak lebih terang lagi mahasiswa-mahasiswa NU yang tergabung dalam IPNU makin besar jumlahnya. Dimana dalam muktamar tersebut sudah ada keinginan untuk membentuk satu wadah tersendiri dikalangan mahasiswa mahasiswa Nahdatul Ulama.”

Selain IMANU (Jakarta) dan KMNU (Solo), kemudian di Bandung juga muncul PMNU (Persatuan Mahasiswa NU) dan masih banyak lagi di kota yang terdapat perguruan tinggi, yang mempunyai keinginan serupa. Tetapi dalam hal ini pimpinan IPNU tetap membendung usaha-usaha tersebut, dengan satu catatan pimpinan pusat IPNU akan lebih mengintensifkan akan usaha-usahanya untuk mengadakan penyelidikan :

1. Berapa besar potensi mahasiswa Nahdatul Ulama?

2. Sampai berapa jauh kemampuan untuk berdiri sendiri sebagai organisasi mahasiswa?

Kemudian didalam Muktamar III IPNU di Cirebon yang diselenggarakan pada tanggal 27-31 Desember 1958, Muktamar berpendapat bahwa sudah waktunya untuk menentukan status dari para mahasiswa kita. Akhirnya dalam Muktamar tersebut diputuskan adanya Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang dipimpin oleh rekan Ismail Makky.

Namun pada kenyataanya usaha tersebut diatas tidaklah banyak berarti bagi kemajuan para mahasiswa NU sendiri hal tersebut dikarenakan beberapa sebab yakni:

1. Kondisi obyektif menyatakan bahwasanya keinginan para pelajar sangat berbeda dengan keinginan dan perilaku para mahasiswa.

2. Dan ternyata gerak dari Departemen Perguruan Tinggi IPNU itu sangat terbatas sekali terbukti untuk duduk menjadi anggota PPMI (Persatuan Perhimpunan mahasiswa Indonesia, satu konfederasi organisasi mahasiswa extra Universitas), tidaklah mungkin bisa, sebab PPMI adalah gabungan ormas-ormas mahasiswa. Apalagi dalam MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia, satu federasi dari para Dewan / Senat Mahasiswa, juga tidaklah mungkin).

Menyadari akan keterbatasan itu dan berkat dorongan-dorongan dari pelbagai pihak serta dengan mengambil beberapa per imbangan diantaranya :

1. Didirikannya Perguruan Tinggi NU dipelbagai tempat seperti PTINU di Surakarta (sekarang bernama Universitas Nahdatul Ulama), Fakultas Ekonomi dan Tata Niaga dan Fakultas Hukum dan Tata Praja di Bandung (sekarang menjadi Universitas Islam Nusantara, Bandung, Pen) dan Akademi Ilmu Pendidikan dan Agama Islam di Malang (sekarang bernama Universitas Islam Malang, Pen) dan yang berarti makin dibutuhkannya saluran bidang bergerak bagi mahasiswa mahasiswa kita.

2. Adanya dorongan dari pucuk pimpinan lembaga Pendidikan Maarif NU sendiri agar lebih mengkonkritkan bentuk organisasi mahasiswa kita.

3. Adanya dorongan-dorongan dari perorangan para mahasiswa kita yang kuliah di PTINU untuk mengkonkritkan wadah dari para mahasiswa NU.

4. Adanya kenyataan praktis maupun psikologis yang berbeda disegi system belajar dari kalangan pelajar dan mahasiswa, dan akhirnya berkesimpulan

5. Dirasakan sudah waktunya untuk mendirikan satu organisasi mahasiswa Nahdatul Ulama.

Dan akhirnya upaya-upaya untuk mendirikan organisasi mahasiswa NU itu mencapai titik terang setelah secara panjang lebar sahabat Ismail Makky dan sahabat Muhamad Hartono, BA berbicara di depan konferensi Besar I IPNU di Yogyakarta yang diselenggarakan pada tanggal 14-17 Maret 1960 dan akhirnya atas dasar uraian-uraian dan perbagai argumentasi tentang pentingnya dibentuk satu wadah organisasi mahasiswa NU yang lepas baik secara organisatoris maupun adminstratif.

Maka diputuskanlah bahwa setelah konferensi besar IPNU ini maka akan di adakan musyawarah mahasiswa NU dengan limit waktu satu bulan setelah konbes IPNU tersebut, direncanakan musyawarah pembentukan organisasi mahasiswa NU itu akan dilaksanakan di Kota Surabaya.

Sumber: Sejarah singkat IPNU IPPNU, buku. Kenang-kenangan Makesta IPNU-IPPNU Kodya Surakarta (1970); Buku Sejarah PMII Surakarta.
Read more »»  

NU Akan Jadi Pionir Perekat Umat

Ketua PWNU Maluku : KH Mahyuddin al-Habsyi Latuconcina
Persebaran warga NU sudah mencapai tingkat internasional. Kenyataan ini dibuktikan dengan aktifnya beberapa Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di beberapa negara, seperti Maroko, Sudan, Mesir, Maroko, Amerika, Australia, Jerman dan sejumlah negara-negara Eropa lainnya. Perkembangan ini setidaknya menunjukkan, NU sedang tumbuh seiring bertambahnya tantangan yang ia hadapi.

Hanya saja, keadaan yang kian mengglobal tersebut tidak lantas paralel dengan kenyataan bahwa pekerjaan rumah NU di dalam negeri sudah tuntas. Khusus untuk NU di luar Pulau Jawa, mayoritas menghadapi sejumlah kendala, salah satunya karena kurangnya semangat keber-NU-an, terutama dibanding Nahdliyin di sekitar tempat ormas Islam terbesar ini lahir.
Kondisi ini tentu meninggalkan sejumlah konsekuensi. Sarana prasarana yang serba terbatas, lembaga pendidikan NU atau pesantren yang minim, hingga aktivitas organisasi yang seadanya. Padahal, jika merujuk pada khazanah tradisi dan ideologi yang dianut, NU sangat potensial memberi peran utama, khususnya dalam hubungan sosial-keagamaan, apalagi di daerah yang rawan perpecahan.
Mahbib Khoiron dari NU Online sempat melakukan wawancara pendek dengan ketua baru Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Maluku KH Mahyuddin al-Habsyi Latuconcina saat berkunjung di Jakarta beberapa waktu lalu. Maluku merupakan wilayah di bagian timur Indonesia yang mewakili gambaran potensi dan kendala NU di atas.
Apa program prioritas Bapak setelah terpilih menjadi Ketua PWNU Maluku?
Kami dari pengurus terpilih melihat keberadaan NU Maluku selama kepemimpinan ketua yang dua tahun berturut-turut ini, kurang lebih 10 tahun, mandek programnya. Makanya, nanti insyaallah—sambil menunggu saya pelantikan—akan kita aktifkan kegiatan seluruh warga Nahdliyin di provinsi ini, terutama lailatul ijtima’ setiap malam Jumat. Lailatul ijtima’ (malam pertemuan rutin warga NU) ini harus kita angkat kembali karena merupakan warna ciri khas ke-NU-an. Itu yang pertama.
Yang kedua, dalam waktu singkat ini kita akan berupaya merealisasikan pembangunan gedung, sekretariat Pengurus Wilayah NU Maluku. Rencananya gedung akan dibuat dua lantai. Di bawah adalah parkiran, kemudian di atas adalah kantor pengurus wilayah sendiri, termasuk ruang khusus untuk PMII, IPNU, Muslimat, Fatayat, serta lembaga, lajnah, dan banom-banom NU lainnya. Kita satukan semua dalam satu gedung. Jadi kalau ada kegiatan-kegiatan akbar, warga Nahdliyin langsung bisa serempak. Supaya lebih efektif. Jadi ini adalah usaha untuk menghidupkan program-program NU.
Bagaimana gambaran umum Nahdliyin di Maluku? 
Ya, kalau bicara soal amalan (tata cara adat dan ritual ibadah), di Provinsi Maluku itu 95% Nahdliyin. Seluruh kabupaten dan kota itu amalannya amalan Sunni. Tradisi Nahdliyin cukup berkembang di sana, seperti dzikir, tahlilan, barzanji, shalawatan, peringatan maulid, isra’ mi’raj. Itu sudah rutin.
Bagaimana hubungan warga NU dengan kelompok lain di sana?
Muslim di Maluku ada 64%, sisanya Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Soal ketegangan tidak terlalu terlihat. Karena mereka sadar pasca-kerusuhan masa lalu yang lebih banyak disebabkan oleh provokator dan kepentingan pribadi. Insyaallah di masa kepemimpinan kami ini, setelah terpilih sebagai kepala Kanwil Kemenag (Maluku), apalagi juga terpilih sebagai ketua NU, kita jadikan Maluku damai. Kita jadikan umat Maluku bersatu. Karena Nahdliyin memang menganut prinsip-prinsip sebagaimana diajarkan Rasulullah. Prinsip-prinsip dasar yang menjadi ajaran Nahdliyin kita upayakan diterapkan semuannya.
Kami komitmen akan hidupkan seluruh lembaga kita. Seperti lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lajnah, lembaga dakwah, karena selama ini diambil alih oleh Kodam. Itu yang sangat riskan. Kok jabatan kanwil sama jabatan tanfiziyah diambil alih oleh Kodam? Hahaha. Untuk reshuffle dalam konferensi wilayah (konferwil) ini, kita juga sudah betuk tim formatur. Tak lupa kita akan kembangkan pula persoalan pendidikan, baik pesantren, dan perguruan tinggi.
Bagaimana dengan tantangan syiar agama di Maluku?
Tantangan dakwah, jika dilihat dari sisi keumatan, tidak ada. Persoalan di sana itu persoalan transportasi. Persoalan mengumpulkan umat itu sangat gampang. Acara LDNU kemarin itu aja (istighatsah kubra di Seram Utara, Maluku Tengah, Maret lalu, red) sangat banyak massanya, ribuan. Karena mereka memang sangat cinta agama. Kalau ada perayaan keagamaan atau dengar ada dakwah mereka sangat bersemangat. Antusiasme mereka luar biasa. Jadi tidak ada tantangan untuk pengembangan dakwah dari segi ini.
NU Maluku ini akan menjadi perekat umat. Menjadi pionir dalam membangun kerukunan umat beragama. Jadi diharapkan sisa-sisa ekses dari kerusuhan 1999-2003 itu benar-benar terlupakan. Kita harapkan NU mempunyai peran yang strategis dalam menyatukan umat.
Kalau bicara soal hubungan antarumat beragama—antara umat Islam dan non-muslim, dalam hal ini Protestan dan Katolik—di Maluku kan sudah ada budaya dasar, ada yang disebut pela gandong, ada pela tampa sirih. Pela gandong itu ciri khasnya yaitu adanya ikatan batin antarumat beragama, namun karena mereka memiliki hubungan sekandung: seayah, seibu, sekakek, senenek. Pela tampa sirih merupakan satu keterikatan keluarga yang diangkat berdasarkan perjanjian bersama.
Bagaimana dengan perkembangan pendidikan NU?
Pesantren di Maluku baru ada 6. Kita rencana akan memperbanyak pesantren. Insyaallah kita akan nambah. Kita juga akan nambah beberapa cabang pesantren. Pesantren As-Shiddiqiyah (berpusat di Jakarta) juga akan kita bangunkan cabang di sana. Pesantren Darun Najah (Jakarta) juga sudah memberi isyarat untuk mendirikan cabang di Maluku Tengah.
Read more »»  

Tiga Konsep Memajukan IPNU-IPPNU



Yogyakarta, NU Online
Sebagai Banom kaum pelajar, IPNU-IPPNU harus terus meremajakan konsepnya dalam menjawab persoalan jaman. Jangan sampai IPNU-IPPNU kehabisan stok konsep, karena tantangan jaman yang dihadapi sangat kompleks.

Demikian disaampaikan Kiai M Mustafied, Pengasuh Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi, dalam acara konferensi cabang yang diadakan oleh PC IPNU-IPPNU Sleman di PP Al Aziz Nurul Huda, Sleman tanggal 20 dan 21 April 2013.

Bagi Kiai Mustafied, ada tiga hal penting untuk membangun IPNU-IPPNU agar menjadi organisasi yang lebih baik. Pertama, dalam konfercab kali ini untuk menjadi organisai yang lebih baik, IPNU-IPPNU harus mempunyai program yang jelas. Hal tersebut meliputi tentang acuan, alasan yang jelas dan harus bisa menjelaskan pentingnya program tersebut dijalankan.

“Dengan adanya kejelasan program tersebut, IPNU-IPPNU bisa menggapai cita-citanya,”  ujar Kiai Mustafied.

Kedua, dalam melaksanakan program, IPNU-IPPNU harus mempunyai batasan waktu yang jelas. Jangan sampai menjalankan program hanya mengalir tanpa memperhatikan jadwal. Ketiga, kesanggupan kerja keras dan komitmen dalam menjalankan tugas yang diemban oleh kader IPNU-IPPNU.

“Kalau ketiga hal tersebut dilaksanakan dengan baik oleh kader-kader IPNU-IPPNU, maka organisasi ini akan lebih baik,” pungkasnya.
Kiai Mustafied mengatakan pentingnya kemampuan untuk membaca apa yang akan mempengaruhi masa depan. Posisi IPNU-IPNU masa depan dipenuhi tantangan yang kompleks, tidak bisa dibaca secara instan.
Ia mengatakan ada sembilan variabel untuk memahami dan mencetak generasi kader IPNU-IPPNU yang paham dengan tren. Agar kader IPNU-IPPNU tidak ketinggalan seiring dengan berkembangnya zaman.

Sembilan variabel tersebut adalah sebagai berikut, pertama, harus memahami hubungan antar Amerika dan China. Karena ke dua negara tersebut dapat memprediksikan wajah dunia yang akan datang. Sehingga kader IPNU-IPPNU tidak boleh untuk mengesampingkan isu-isu nasional. Dengan demikian, kader IPNU-IPPNU tidak akan mencetak pelajar yang ketertinggalan.

Kedua, yang diperhatikan adalah isu kesehatan. 20 tahun yang akan datang, kesehatan menjadi salah satu problem masyarakat dan internasional. Ketiga, problem iklim. Keempat, perkembangan ilmu-ilmu yang aneh, misalnya kloning. Kelima, pergeseran struktur tenaga kerja. Keenam, pergeseran demografi. Ketujuh, masalah pangan. Kedelapan, meningkatnya komersialisasi di bidang pendidikan. Kesembilan, privatisasi.

“Dari kesembilan variabel tersebut, kader IPNU-IPPPNU harus mengetahui isu-isu tersebut, terutama masalah pendidikan. Dengan mengetahui isu-isu tersebut, IPNU-IPPNU akan mengetahui tren yang akan terjadi 10-15 tahun lagi, dan dapat mengantisipasi lewat pengkaderan IPNU-IPPNU” tandas Mustafied.
Read more »»  

IPNU-IPPNU Harus Fokus Garap Pendidikan



Sleman, NU Online
IPNU-IPPNU harus fokus pada soal-soal pendidikan, tidak ‘tergoda’ menggarap hal-hal lain misalnya tentang buruh dan batsul masail. IPNU-IPPNU diberi mandat organisasi untuk mengurus dunia kepelajaran dan isu-isu pendidikan.
Demikian disampaikan alumni IPNU, M. Mustafied, Pengasuh Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi dalam acara konferensi cabang PC IPNU-IPPNU Sleman di Pondok Pesantren Al Aziz Nurul Huda, Sabtu (20/4) lalu.

Ia mengingatkan para peserta, bahwa IPNU-IPPNU harus menyiapkan generasi muda yang akan memimpin sepuluh dan lima belas tahun yang akan datang. Jangan hanya mengurusi masa lalu dan saat ini saja, tetapi juga harus menyiapkan generasi 10 hingga 15 tahun yang akan datang.

“Ini harus menjadi kesadaran bagi pengurus IPNU-IPPNU. Tugas kita adalah fokus pada pemberdayaan pelajar,” tegasnya.

“Kader IPNU-IPPNU juga harus tahu dan merespon terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan, agar bisa bersosialisasi kepada masyarakat, dan jika ditanya oleh masyarakat juga bisa menjawab. Misalnya tentang kebijakan ujian nasional (UN), Kader IPNU-IPPNU harus bisa mengkritisi hal tersebut,” tambahnya.

Konferensi cabang tersebut diikuti oleh beberapa pengurus IPNU-IPPNU se-kabupaten Sleman, yang terdiri oleh pimpinan komisariat, pimpinan anak cabang, dan kader-kader IPNU-IPPNU. Selain peserta, sebagai tamu undangan turut hadir juga PW IPNU-IPPNU Yogyakarta, PCNU dan Fatayat Sleman.

Acara konfercab tersebut berlangsung selama dua hari, Sabtu (20/4) sampai Ahad (21/4). Pada hari pertama, kegiatan tersebut diawali dengan karnaval budaya. Kemudian malamnya dilanjutkan dengan acara inti yaitu konferensi cabang oleh PC IPNU-IPPNU Sleman, sampai hari kedua.
Read more »»  

IPNU Makin Prihatin dengan Proses Pelaksanaan UN

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) Khairul Anam mewakili seluruh kader IPNU di daerah merasa sangat perihatin dengan proses pelaksanaan Ujian Nasional (UN).

Keprihatinan dengan proses distribusi soal yang terlambat, penundaan pelaksanaan UN terjadi dimana-mana, soal-soal yang rusak dan tidak terbaca, bocoran kunci jawaban soal palsu sampai kemudian anggaran UN untuk Sekolah Dasar (SD) pun belum cair sampai sekarang.

“Ini adalah bencana pendidikan dan semua pihak harus bersama-sama mencari solusi, baik Presiden, Bapak Menteri Pendidikan, Kemendikbud, DPR, Perusahaan, Masyarakat dan bahkan kami IPNU sebagai organisasi komunitas pelajar pun merasa bertanggung jawab atas kejadian ini, so jangan saling menyalahkan ,” kata Anam menambahkan.

“Kami dalam hal ini PP IPNU terus berkoordinasi dengan rekan-rekan di daerah untuk mengumpulkan data, bahkan data info kami terima ada soal untuk wilayah Depok yang nyasar ke Karawang, ini problem sangat teknis.  Untuk itu, perlu didalami persoalannya dan diinvestigasi secara menyeluruh sehingga diperoleh hasil yang komprehensif, mulai dari regulasi, sistem anggaran dan pelaksanaan teknis di lapangan, jangan ada dulu yang mundur dari tugas dan tanggung jawab sebelum semuanya bisa diungkap” tuturnya.

Terkait dengan karut-marutnya persoalan pelaksanaan UN ini PP IPNU akan memanfaatkan momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei 2013 sebagai hari refleksi pendidikan, PP IPNU akan melakukan aksi keprihatinan dan Kegiatan “Rembuk Pelajar” bersama para tokoh pendidikan nasional untuk mencari akar masalah pendidikan ini dan solusi bersama semua pihak.

“UN akan kita bedah secara keseluruhan, mulai dari paradigma, regulasi, sistem anggaran dan pelaksanaan teknis di lapangan apakah masih efektif sebagai alat evaluasi pendidikan saat ini, hasilnya akan kami berikan ke semua pihak sebagai rekomendasi, ini gerakan yang solutif, tidak demo teriak-teriak," tegas Anam.

Kegiatan “Rembuk Pelajar” ini rencana akan dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2013 sebagai puncak Hari Pendidikan Nasional.
Read more »»  

HARLAH KE-63 FATAYAT NU Perjuangan Kartini, Perjuangan Fatayat NU


Ketua Umum Pucuk Pimpinan Fatayat NU Ida Fauziyah mengatakan, cita-cita dan perjuangan Kartini adalah perjuangan Fatayat juga. Kartini adalah inspirasi untuk perempuan-perempuan NU.

Ida menjelaskan inspirasi itu. Pertama, budaya membaca dan menulis yang dilakukan Kartini harus menjadi kebiasaan perempuan Indonesia, termasuk Fatayat,  ”Budaya membaca mungkin sudah banyak yang dilakukan perempuan,” katanya.

Ida menjelaskan itu kepada NU Online selepas peringatan Hari Lahir Fatayat NU ke-63 dengan tema "Meneguhkan karakter keislaman dan keindonesiaan,” di gedung Langen Pelikrama, Pegadaian, Jakarta Pusat, Rabu, (24/4) 

Seharusnya, tidak sekadar membaca, tapi harus menulis. Karena, menurut Ida, melalui membaca dan menulis bisa membangun karakter seseorang.

Kedua, inspirasi dari Kartini adalah sosok yang mengembangkan ekonomi perempuan. Ia seorang perempuan yang waktu itu dibatasi, tapi bisa mengapresiasi ukiran-ukiran khas Jepara (tempat lahir Kartini), “Kartini adalah pendobrak!” katanya.

Di samping itu, Kartini melakukan diplomasi internasional. Ia melakukan hubungan dengan teman-temannya di belanda,”Para anggota Fatayat harus banyak belajar kepada perjuangan Kartini seperti itu,” pungkasnya.

Fatayat NU didirikan pada tanggal 24 April 1950 yang dirintis tiga serangkai, yaitu Murthasiyah, Khuzaimah Mansur, dan Aminah.
Read more »»  

Selasa, 23 April 2013

IPPNU -Dari Masa Ke Masa-





LATAR BELAKANG SEJARAH KELAHIRAN IPPNU
Bermula dari perbincangan ringan yang dilakukan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Dalam keputusan ini di kalangan NU, Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU di Malang Jawa Timur, selanjutnya disepakati dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di kongres Malang di namakan IPNU putri.

Dalam suasana kongres ternyata keberadaan IPNU putri nampaknya masih diperdebatkan dengan secara alot. Semula direncanakan secara administratif hanya menjadi departemen di dalam tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua kongres, peserta putri yang hanya diwakili lima daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang, dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan dua jajaran di pengurus teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yaitu PB Ma’arif (saat itu dipimpin Bpk. KH. Syukri Ghozali) dan ketua PP Muslimat NU (Mahmudah Mawardi). Maka dari pembicaraan selama beberapa hari telah membuat keputusan sebagai berikut:
  1. Tanggal 28 Februari – 5 Maret
  2. Pembentukan Organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dengan IPNU
  3. Tanggal 2 maret 1995M/8 Rajab 1374 H dideklarasi8kan sebagai hari kelahiran IPNU putri
  4. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu UMROH MAHFUDHOH dan sekretarisnya bernama SYAMSIYAH MUTHOLIB.
  5. PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta Jawa Tengah.
  6. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU, kemudian PB Ma’arif NU menyetujui dengan merubah nama IPNU putri menjadi IPPNU(Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama)
PERJALANAN IPPNU DARI MASA KE MASA
Sejalan dengan adanya pelaksanaan konggres dari beberapa zaman ( Kemerdekaan, Orla, orba, Era reformasi) tentu mengalami berbagai peristiwa yang sangat menonjol dalam suatu keputusan kongres, dan dalam perjalanan IPNU dari masa ke masa antara lain :
  • Bulan Februari 1956 diadakan konferensi IPPNU di Surakarta
  • Tanggal 1-4 Januari 1957 pada muktamar IPNU di Pekalongan IPPNU ikut serta. Acara itu diisi olahraga dan juga menghasilkan lambang IPNU-IPPNU
  • Tanggal 14-17 Maret 1960 diadakan Konbes I di Yogyakarta, membicarakan tentang keorganisasian, kemahasiswaan, Pendidikan Islam serta bahasa Arab
  • Tahun 1964 dilaksanakan Konbes III bersama IPNU di Pekalongan, dengan menghasilkan Doktrin Pekalongan dan Mengusulkan agar KH. Hasyim Asy’ari sebagai pahlawan
  • Tanggal 30 Agustus 1966 dalam konggres di Surabaya IPNU dan IPPNU memohon pada PBNU untuk menerimanya sebagai badan otonom
  • Tahun 1967 pada Muktamar NU di Bandung, resmilah IPPNU dimasukkan dalam PD/PRT NU sebagai badan otonom sampai sekarang
  • Pada perkembangan berikutnya nampak pemerintah juga tidak ingin mengambil resiko membiarkan dunia akademik terkontaminasi dengan unsur politik manapun, sehingga diberlakukan UU No. 8 tahun 1985 tentang keormasan khusus untuk organisasi ekstra pelajar adalah OSIS, selama itu IPPNU mengalami stagnasi pengkaderan dan PP didominasi oleh para aktivis yang usianya sudah melebihi batas. Maka pada konggres IX IPPNU di jombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjanganya IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA telah berubah menjadi IKATAN PUTRI-PUTRI NAHDLATUL ULAMA.
  • Bulan Oktober 1990 pada Konbes IPPNU di lampung, menghasdilkan citra diri dan memantapkan PPOA IPPNU.
  • Pada konggres X IPPNU tahun 1991 di ponpes AL WAHDAH lasem jawa tengah, telah menguatkan independensi IPPNU dan IPNU yang merupakan organisasi terpisah.
  • Tanggal 10-14 juli 1996 di pesantren Al Musyaddidah garut Jabar mengadakan konggres XI IPPNU, yang menekankan usia kepemudaan di tubuh IPNU supaya sejajar dengan organisasi pemuda yang lain.
  •  Konbes bulan september 1998 di Jakarta, menghasilkan rekomendasi yang samgat menonjol di era reformasi yaitu bahwa IPPNU menyambut baik pendirian PKB yang tidak menggumakan nama NU
  • Tanggal 22-25 Maret 2000, pelaksanaan konggres XII IPPNU di Makassar Ujung Pandang, telah mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikanke basis kepelajaran dan wacana Gender.
  • Tanggal 18 –23 Juni 2003 kongres XIII IPPNU di asrama haji sukolilo Surabaya mengembalikan IPPNU kepada Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
Tokoh – tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPPNU adalah :
1. Rekanita Umroh Mahfudzoh ( Gresik Jatim. 1955 – 1956 )
2. Rekanita Basyiroh Soimuri ( Solo Jateng. 1956 – 1968 )
3. Rekanita Basyiroh Soimuri ( Solo Jateng. 1968 – 1960 )
4. Rekanita Mahmudah Nachrowi ( Malang Jatim. 1960 – 1963 )
5. Rekanita Farida Mawardi ( Surakarta. 1963 – 1966 )
6. Rekanita Mahsanah Asnawi ( Rembang. 1966 – 1970 )
7. Rekanita Ratu Ida Mawaddah ( Serang Banten. 1970 – 1976 )
8. Rekanita Misnar ma’ruf ( Padang Sumbar. 1976 – 1981 )
9. Rekanita Titin Asiyah ( Jakarta. 1981 – 1988 )
10. Rekanita Ulfah Masfufah ( Jatim 1988 – 1991 ; 1991 – 1996 )
11. Rekanita Safira Mahrusah (Yogyakarta. 1996 – 2000 )
12. Ratu Dian Hatifah ( Banten. 2000 – 2003 )
13. Siti Soraya Devi ( Cirebon. 2003 – 2006 )
14. Wafa Patria Ummah ( Jatim. 2006 – 2009 )
Read more »»  

IPNU -Dari Masa Ke Masa-






Berdirinya IPNU
Berdirinya IPNU adalah babakan new era bagi perjalanan generasi muda NU yang tergabung dalam IPNU. Sebelum menggunakan nama IPNU, kegiatan mereka di berbagai tempat bermacam-macam. Sebagian melakukan rutinitas keagamaan, seperti tahlilan, yasinan, diba’/ berjanji, dst. Kelompok pelajar seperti itu lebih banya ditemui di pesantran-pesantren dan di kampung-kampung. Sebagian lagi, kelompok muda NU mengadakan di Sekolah-Pesantren, Sekolah Umum dan Perguruan Tinggi. Sekalipun tergolong masih kecil jumlahnya.

Pendirian IPNU pada tahun tersebut, bukan tanpa proses. Beberapa kegiatan yang telah disebut di atas. Sisi lainya adalah dengan melalui musyawarah yang intensif, antara para kyai pesantren, pengurus NU dan lembaga pendidikan Ma’arif NU. Termasuk yang tak kalah pentingnya adalah kontribusi pemikiran aktivis kaum pelajar NU, lebih khusus di Pesantren atau Sekolah.

Pilihan nama organisasi juga melalui proses. Bukti historis proses tersebut sebagai berikut: beberapa tahun sebelumnya terdapat keragaman nama bagi perkumpulan pelajar NU, seprti Tsamratul Mustafidin di Surabaya tahun 1936, PERSANO (Persatuan Santri Nahdlotul Oelama) tahun 1945, Persatuan Murid NU tahun 1945 di Malang, Ijtima-ulth Tholabiyyah tahun 1945 di Madura, ITNO (Ijtimatul Tholabah NO) tahuan 1946 di SUmbawa, PERPENO (Persatuan Pelajar NO) di Kediri 1953, IPINO (IKatan Pelajar NO) dan IPENO tahun 1954 di Medan, dll.

Mengingat perkumpulan tersebut satu sama lain kurang saling mengenal, karena kelahiran mereka atas inisiatif dan kreatifitas mereka sendiri. Maka, maka dibutuhkan wadah yang sama dan satu induk. Satu hal yang sewarna dan sejalan adalah pijakan pada dasar keyakinan Islam Ahlusunnah Wal jama’ah. Juga atas dasar kebersamaan dan persatuan (ukhwah) sesama umat Islam pemegang tradisi. Karena itu, IPNU merupakan induk dan satu-satunya organisasi NU yang menangani kaum muda NU tingkat pelajar NU, termasuk di Perguruan Tinggi. Ini juga yang membedakan dengan PMII, yang lahir pada tahun 1960 dari Departemen Perguruan Tinggi PP IPNU.

Tepat tanggal 24 Pebruari 1954 M. bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1373 H. di Semarang, pada konferensi besar Ma’arif NU se-Indonesia menyepakati nama IPNU, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama sebagai satu-satunya wadah berhimpun dan berkreasi Pelajar, Mahasiswa, Santri dan remaja baik di Pesantren, Madrasah/sekolah maupun Perguruan Tinggi. Gagasan ini dipelopori oleh Tolhah Mansur ( Fak. Hukum UGM ), fadlan AGN ( Fisipol UGM ) dari Jatim, Mustahal achmad Masyhud ( Solo ) Sufyan Kholil dan Abdul Ghoni Farida ( Semarang ) yang pada akhirnya dalam Konferensi tersebut Mohammad Tolchah Mansur ditetapkan sebagai ketua ummnya. Gagasan tersebut muncul karena memendang perlunya penyatuan elemen gerak berbagai organisasi pelajar NU dalam satu wadah agar lebih solid. Sejak saat itu, upaya pengembangan cabang terus dilakukan hingga berdiri lima cabang yang dikenal dengan PANCA DAERAH ( Jombang, Solo, Kediri, Semarang dan Yogyakarta )

Menindaklanjuti ketetapan Konbes Ma’arif itu, para pengurus mengadakan konferensi lima daerah; Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Jombang dan Kediri. Di Surakarta tanggal 29 April – 1 Mei 1954. putusan-putusan penting pun dihasilkan; selain merumuskan tujuan, PD PRT, juga menetapkan Tolchah Mansur sebagai ketua umum Pimpinan Pusat IPNU dan menetapkan kota Yogyakarta sebagai kantor pusat organisasi. Mendapat pengakuan resmi sebagai bagian NU pada Muktamar ke 20 di Surabaya, 9-14 September 1954, setelah ketua umum menyampaikan gagasan IPNU dihadapan peserta Muktamar NU.

Untuk memperkokoh organisasi, IPNU melaksanakan Muktamarnya (baca: Kongres) yang pertama pada tanggal 28 Februari 1955 di Malang Jawa Timur. Ikut hadir dalam perhelatan Nasional itu adalah presiden RI Soekarno. Hal ini juga sekaligus pengukuhan IPNU sebagai bagian organisasi pemuda di Indonesia. IPNU pun mulai populer di tengah masyarakat Indonesia. Lebih-lebih, surat kabar dan radio memberitakan pidato Bung Karno pada Muktamar IPNU tersebut.

Sebagai organisasi pelajar dan terpelajar, beberapa tokoh pendiri IPNU adalah orang-orang yang masih berpendidikan, seperti Mohammad Tolchah Mansur (mahasiswa UGM Yogyakarta), dan Ismail (mahasiswa IAIN Sunan Kalijogo Yogyakarta). Di daerah-daerah juga, para pengurus IPNU saat itu banyak yang dipegang oleh para mahasiswa, seperti Mahbub Djunaedi dan M. Sahal Makmun di Jakarta (mahasiswa UI). Beberapa kader IPNU lainya di Pesantren adalah Abdurrahman Wahid dari Jawa Timur (Ketua Tanfidziyah PBNU 1984-1999) dan Ilyas Ru’yat dari Jawa Barat (Rais ‘Am 1994-1999).

Perjalanan IPNU dari masa ke masa

IPNU Pasca Kongres Jombang 1988
Perubahan zaman memang tidak bisa dihindari, tetapi dihadapi dan dilaksanakan , pernyataan itu, berlaku untuk siapa dan apa saja, termasuk juga organisasi IPNU. Tahun 1998, saat kongres ke-10 di jombang, IPNU harus menghadapi perubahan zaman. Hal ini cukup berdampak luas bagi keberadaan (eksistensi) IPNU ke depan. Perubahan ini, setidaknya bersumber awal dari UU nomor 8 tahun 1985 yang ‘membabi buta’ dalam penerapan aturan tentang keormasan di Indonesia. Azas dan Nama perubahan, karena tuntutan UU itu, seperti juga pada NU, tapi, hakekatnya tetap, seperti tujuan, sasaran kelompok dll.

Kependekan nama IPNU dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama berubah menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Bahkan ketika itu, tidak saja perubahan kependekan ‘P’ termasuk dua huruf dilakangnya ( NU) juaga harus dihapuskan. Karena, hal itu dianggap sebagi bawahan ( underbouw) partai tertentu ( ingat, tahun 1950-an NU menjadi partai sendiri ). Syukur Alhamduliilah, pada kongres itu akhirnya diputuskan untuk tetap menjadi IPNU, hanya ‘P’-nya saja berubah ; dari Pelajar menjadi Putra. Hal serupa juga, terjadi pada organisasi pelajar manapun, selain PII, Pelajar Islam Indonesia.

Dengan berubahnya kependekan “P”, berubah pula orientasi dan sasaran binaanya IPNU. Dari pelajar dan Mahasiswa sebagai sasaran utama, berubah untuk dapat membina juga remaja yang tidak sekolah. Dapat disebut, setelah kongres Jombang tahun 1988 hingga Kongres Garut tahun 1996 adalah masa Transisi yang bekepanjangan. Satu misal adalah tidak pernah sampainya pemahaman yang sama tentang orientasi bidang garap IPNU, berikut skala prioritasnya. Pada masa itulah terjadi tarik menarik antara kepentingan politik praktis (politisasi IPNU) dengan prioritas program untuk membenahai warga IPNU sector awal berdirinya IPNU; santri dan pelajar. Hal ini, ternyata berdampak pada proses pengkaderan yang pelan-pelan semakin hilang dari pesantren atau sekolah ma’arif NU.

IPNU kembali ke Khittah 1954: Deklarasi Makasar 2000
Melihat kenyataan IPNU yang masih dalam masa transisi diatas, maka dalam menyambut millennium ke III, tahun 2000 di Kongres IPNU ke 13 di Makasar, para kader IPNU memunculkan kesadaran bersama (common sense) secara kolektif. Seakan-akan ada hal yang baris telah kembali lagi, yakni sesuatu yang terasa hilang, yakni pada tahun 1988. sesuai deklarasi Makasar 2000 dan hasil Kongres 13, adalah bahwa IPNU kembali pada visi kepelajaran, lalu menumbuh-kembangkan IPNU pada basis perjuangan; Sekolah dan Pondok Pesantren, dan terakhir mengembalikan CBP (Corp Brigade Pembangunan) yang lahir 1965 sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan dan kepecinta alaman. Semua itu dalam rangka mencapai tujuan IPNU, yaitu terbentuknya Pelajar-Pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak muli dan berwawasan kebangsaan, serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunnah waljamaah yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Menegaskan Khittah 1954 pada Kongres XIV 2003 (Surabaya)
Deklarasi Makasar 2000 sebagai tonggak awal mengembalikan IPNU pada orentasi garapan ternyata belum mampu mengakhiri problematika tersebut. Pada Kongres IPNU ke 14 di Surabaya, para kader IPNU memunculkan kesadaran bersama. Kesadaran itu adalah untuk merubah nama dan sekaligus visi kepelajaran dan orientasi pengkaderan IPNU, khususnya di Pesantren dan sekolah-sekolah. Artinya kongres telah mengembalikan IPNU pada garis perjuangan yang semestinya. Secara popular, hal tersebut dikenal dengan nama Khittah 1954. dengan demikian, perlahan tapi pasti, IPNU berkesempatan untuk mengembalikan masa keemasan yang telah hilang, seperti 15 tahun yang lalu. Akan tetapi, kesadaran itu pun sebenarnya rentan, bahaya bila momen itu tidak digunakan dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin oleh semua jajaran NU, khususnya IPNU, lebih khusus lagi pesantren (baca: RMI) dan Ma’arif.

Karena itu IPNU, kini tengah memusatkan pikiran, sembari mengajak bergandeng tangan dan merapatkan barisan pada semua eleman NU, khususnya, untuk mengaktualisasikan kongres 2003 (khittah 1954), hingga benar-benar nyata hasilnya bagi keluarga besar NU. Sehingga, bahwa IPNU sebagai kader NU kawah candra dimuka atau garda terdepan dapat benar-benar menjadi kenyataan. Jangan sampai terjadi lagi, IPNU dijadikan sebagai lompatan politik praktis. Sebab IPNU diharapkan hanya dijadikan lompatan untuk menciptakan kader NU yang terbaik dan maslahat bagi bangsa Indonesia, pada umumnya. Hanya melalui pendirian komisariat – komisariat, gagasan IPNU tersebut dapat direalisasikan dengan benar dan tepat.
Tokoh – tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU adalah :
1. Rekan M. Tolhah Mansyur ( 1954 – 1960 )
2. Rekan Ismail Makki ( 1960 – 1963 )
3. Rekan Asnawi Latif ( 1960 – 1966 ; 1966 – 1970 )
4. Rekan Tosari Wijaya
5. Rekan Zainut Tauhid
6. Rekan Ahsin Zaidi
7. Rekan Hilmi Muhammadiyah ( 1996 – 2000 )
8. Rekan Abdullah Azwar Anas ( 2000 – 2003 )
9. Rekan Mujtahidurridho ( 2003 – 2006 )
10. Rekan Idi Muzayyad ( 2006 – 2009 )
Read more »»  

Sekilas Tentang IPNU-IPPNU



Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (disingkat IPNU) adalah badan otonom Nahldlatul Ulama yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada segmen pelajar dan santri putra. IPNU didirikan di Semarang pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H/ 24 Pebruari 1954, yaitu pada Konbes LP Ma’arif NU. Pendiri IPNU adalah M. Shufyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Musthafa (Solo), dan Abdul Ghony Farida (Semarang).
Ketua Umum Pertama IPNU adalah M. Tholhah Mansoer yang terpilih dalam Konferensi Segi Lima yang diselenggarakan di Solo pada 30 April-1 Mei 1954 dengan melibatkan perwakilan dari Yogyakarta, Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri.

Pada tahun 1988, sebagai implikasi dari tekanan rezim Orde Baru, IPNU mengubah kepanjangannya menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Sejak saat itu, segmen garapan IPNU meluas pada komunitas remaja pada umumnya. Pada Kongres XIV di Surabaya pada tahun 2003, IPNU kembali mengubah kepanjangannya menjadi “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama”. Sejak saat itu babak baru IPNU dimulai. Dengan keputusan itu, IPNU bertekad mengembalikan basisnya di sekolah dan pesantren.
Visi IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah  yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kini IPNU telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah di tingat provinsi dan 374 Pimpinan Cabang di tingkat kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2008, anggota IPNU telah mencapai lebih dari 2 juta pelajar santri yang telah tersebar di seluruh Indonesia.

Lain IPNU,lain juga IPPNU yang merupakan wadah aspirasi remaja putri NU.  

Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akan diadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malang dinamakan IPNU putri. 

Dalam suasana kongres, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi). Dari pembicaraan tersebut menghasilkan beberapa keputusan yakni:
  1. Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU
  2. Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU putri.
  3. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib.
  4. PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
  5. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU. Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Dalam perjalanan selanjutnya, IPPNU telah mengalami pasang surut organisasi dan Khususnya di tahun 1985, ketika pemerintah mulai memberllakukan UU No. 08 tahun 1985 tentang keormasan khusus organisasi pelajar adalah OSIS, sedangkan organisasi lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan lainnya tidak diijinkan untuk memasuki lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pada Kongres IPPNU IX di Jombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjangannya “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama” berubah menjadi “Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama”.
Keinginan untuk kembali ke basis semula yakni pelajar demikian kuat, sehingga pada kongres XII IPPNU di Makasar tanggal 22-25 Maret tahun 2000 mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis pelajar dan penguatan wacana gender. 

Namun, pengembalian ke basis pelajar saja dirasa masih kurang. Sehingga pada Kongres ke XIII IPPNU di Surabaya tanggal 18-23 Juni 2003, IPPNU tidak hanya mendeklarasikan kembali ke basis pelajar tetapi juga kembali ke nama semula yakni “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama”. Dengan perubahan akronim ini, IPPNU harus menunjukkan komitmennya untuk memberikan kontribusi pembangunan SDM generasi muda utamanya di kalangan pelajar putri dengan jenjang usia 12-30 tahun dan tidak terlibat pada kepentingan politik praktis yang bisa membelenggu gerak organisasi.
Read more »»  

Selamat Datang

Bukan maksud hati menyamakan dengan keset, tapi inilah kesederhanaan kami

Setelah sekian lama terpendam, akhirnya keinginan kami untuk menerbitkan (maksudnya mempublikasikan) blog terwujud juga.

Blog dengan nama www.ipnu-ippnu-uin-maliki.blogspot.com ini merupakan salah satu wujud karya dari pengurus PKPT UIN Maliki untuk menyebarluaskan syiar Islam dan nilai-nilai ke-ASWAJA-an kepada khalayak umum. Nabi SAW pernah bersabda, "Sampaikanlah dariku, walau satu ayat." Kebaikan apapun, kebenaran apapun, kita diwajibkan untuk menyampaikannya. Dan Blog ini adalah salah satu wujud "sampaikanlah" dari kami.

Pada akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Tak ada manusia yang benar-benar perfect dalam segalanya. Karena itu, apapun tulisan-tulisan yang ada dalam blog ini, monggo kita baca dan kita cermati dengan legowo. Dan tak lupa, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, adalah suatu makanan pokok dari kami.

Selamat Membaca.......
Read more »»  

Kamis, 18 April 2013

Mengapa Harus jadi Pengajar Muda?


 
 
"Pemberani itu ketika kamu berani meninggalkan kemewahanmu, hidup sederhana berdampingan dengan masyarakat bawah. Pemimpi itu ketika kamu rela menunda mimpimu dan mengumpulkan impian anak – anak bangsa dan menjadikannya fondasi agar mereka tau arti mimpi itu. Pemimpin itu ketika kamu berani memimpin dirimu untuk turun tangan mengambil bagian dalam menyesaikan segelintir masalah Bangsa"
Bukankah kamu cukup menjadi seorang pemberani? Kenapa tidak? Berani berteriak – teriak di depan gedung DPR, berani mencerca kebijakan pemerintah, dan berani berorasi di ranah publik, sudah cukup bukan kamu disebut sebagai seorang pemberani? Jika aku diijinkan menjawab, aku akan katakan dengan tegas “KAMU BUKAN PEMBERANI!”.
Aku akan menganggap kamu seorang  Pemberani jika kamu berani meninggalkan kehidupan mewah, hidup dalam sebuah keterbatasan dan berani turun tangan menggandeng generasi muda untuk terjun di tengah masyarakat. Berani mengajarkan sebuah arti cita – cita untuk generasi penerus kita, berani memberi motivasi pada masyarakat untuk ikut ambil bagian membangun generasi negeri ini.
Bagiku tak cukup kamu dikatakan berani, jika hanya menjadi pengkritik pemerintah hai anak muda! jadilah generasi muda yang berani peduli pada masa depan bangsanya. Sebentar lagi bukan kamu yang akan membawa bangsa ini kearah mana tapi mereka anak – anak negeri yang jauh dari pikiranmu, jika kamu tak berani menjadi pemberani untuk terlibat mengarahkan Bangsamu maka aku akan bilang kamu seorang “PENAKUT”.
Bermimpi dan bercita – cita itu adalah kebebasan individu, namun apakah kamu disebut sebagai pemimpi ketika hanya bermimpi untuk dirimu sendiri? Keberanian untuk bermimpi memang itu urusanmu, namun apakah kamu berani menunda mimpimu untuk membagikan sederet mimpi dan cita – citamu bagi generasi penerus di negeri ini? Kita kadang terjebak pada semua impian kita, terjebak pada mimpi – mimpi indah dan cita – cita setinggi langit, bisakah kita sedikit membuka mata, merasakan dengan hati bahkan meraba dan menggandeng generasi bangsa ini untuk berani bermimpi dan memiliki mimpi?
Tahukah kamu, kadang mereka generasi bangsa ini kata cita – cita pun tak tau apa artinya itu? Kadang mereka bertanya bolehkah saya bermimpi? Terkadang mereka takut untuk bermimpi dan bercita – cita setinggi langit karena takut tak bisa menggapainya. Pekakah kamu? Mereka yang akan menjadi penerus kita, arti mimpi dan cita – cita tak tahu? Apa yang bisa diharap dari sebuah kata yang membuatku meneteskan air mata ketika mereka generasi kita menanyakannya padaku"cita-cita itu apa bu?". Bisakah kita tinggal diam dan terus membiarkan mereka, generasi dibawah kita tak bisa bermimpi, tak mengenal cita – cita mereka? Mau dibawa kemana bangsa ini?
10 tahun ke depan bangsa ini ada pada generasi kita, namun 20 – 30 tahun mendatang, bangsa ini akan ada ditangan mereka! Ajarkan mereka untuk BERANI BERMIMPI KAWAN! Berani dan mengejar Impian mereka. Dan tak usah kau takut akan mimpimu karena kamu pasti akan terima melebihi apa yang kamu impikan kelak. Ketika kamu berani menunda mimpimu dan merangkai sederet mimpi anak – anak generasi di negeri ini hingga mereka berani menggapainya maka aku akan menyebutmu seorang “PEMIMPI SUKSES” .
Sudahkah kamu disebut sebagai seorang PEMIMPIN? Ketika kamu hanya berani memimpin orasi ataupun menjadi pemimpin dalam organisasi, pemimpin dalam sebuah demo, pemimpin dalam sebuah diskusi kelompok di kampus atau forum apapun itu. Bagi saya, kamu bukan sebuah pemimpin, kamu belum berani memimpin dirimu sendiri untuk terjun mengabdi pada bangsamu, memimpin dirimu untuk peduli pada masyarakat terpinggirkan yang jauh dari pandanganmu. Haruskah yang disebut pemimpin itu seorang Presiden atau Direktur, bahkan Manager atau Pejabat?
Bagiku tak sesempit itu makna sebuah pemimpin, bagiku dapat dikatakan pemimpin ketika kamu berani memimpin dirimu, ikut menjadi bagian dari Indonesia Mengajar dan menjadi seorang Pengajar Muda. Kenapa? Seorang Pengajar Muda tak hanya seorang guru SD, arti Pengajar Muda lebih luas pemaknaannya. Ketika kamu berani menjadi seorang Pengajar Muda berarti kamu mampu memimpin dirimu untuk berani meninggalkan kemewahan, berani untuk hidup susah tanpa memikir fasilitas yang layak kamu dapatkan, berani memimpin dirimu hidup bersama masyarakat terpinggirkan dalam keterbatasan dan membawa keterbatasan itu menjadi sebuah keistimewaan agar mereka dipandang sebagai masyarakat yang luar biasa. Ya itu seorang pemimpin sejati menurutku! PEMIMPIN SEJATI tidak akan takut memimpin dirinya untuk meninggalkan kehidupannya selama 1 tahun.
Jika kamu terus hidup enak, hidup mewah dengan berbagai fasilitas, hidup nyaman, maka kamu tidak akan pernah belajar. Jika kamu tidak mau membagikan kemewahanmu pada orang lain, tidak berani membagikan mimpimu, kamu tak tahu apa arti sebuah mimpi yang begitu dalam. Seorang Pengajar Muda terus dituntut dalam kepekaan, ketulusan dan ketegaran. Bagaimana dia bisa terus berdiri kokoh pada prinisp dan komitmen diantara segelintir pemikiran – pemikiran yang mampu merobohkan niat awal. Seorang Pengajar Muda juga harus tetap berdiri pada prinsip dan komitmen dari arti ketulusan untuk membagikan ilmu bagi generasi muda ini meski badai terus menerpa dalam jalannya.
Jangan kau takut anak muda tentang hidupmu nanti, percayalah ketika kamu membagikan sebagian hidupmu selama 1tahun itu yang bagiku tidak ada artinya dari 23tahun umurku, kamu akan mendapatkan segudang pengalaman yang tidak akan didapat jika kamu terus berada di zona nyaman. Jangan takut akan masa depanmu dan cita – citamu, justru kamu akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Kamupun akan menjadi kaya akan kebijaksanaan menjalani hidup, kaya akan pengetahuan tentang arti hidup, arti berbagi, arti sebuah ketulusan, arti sebuah kesedrhanaan, arti sebuah komitmen dan arti nasionalisme terhadap Bangsamu. Hai anak muda, mari bersama membangun bangsa! Jangan hanya mengeluh, berdemo, lakukan apa yang bisa kamu lakukan, mau jadi Pengajar Muda atau tidak tapi  menjadi seorang Pengajar Muda adalah salah satu jalan untuk semua itu.
Aku dulu menantang hidupku “beranikah aku meninggalkankenyamanan  hidupku 1tahun? Hidup dalam segala keterbatasan, dan menunda semua mimpiku?” itulah awal aku mengikuti pergerakan ini, aku hanya yakin akan apa yang ada dalam hatiku, aku mau berbagi bersama mereka, aku ingin melihat mereka bisa sepertiku menikmati pendidikan hingga jenjang S1 di sebuah kampus ternama di negeri ini. Aku tak punya banyak uang untuk kubagikan bagimereka, aku hanya memiliki banyak mimpi, ilmu dan segudang kemauan agar aku dapat berbagi.  Bagiku kesuksesan itu tak harus diukur dari tingginya jabatan dan kamu bekerja dimana, kesuksesan adalah ketika kamu sukses untuk berbagi dan berguna bagi orang lain. Bagiku aku ingin dikatakan kaya bukan diukur dari materi, mobil atau motor yang aku pakai, ataupun berapa banyak uangku di tabungan, atau seberapa bagus rumahku! Aku mau dikatakan kaya karena sebuah pengalaman, pengetahuan, dan kaya akan mimpi yang telah kubagikan pada generasi negeri ini.
Kenapa kita harus takut? Ketika apa yang kita kerjakan adalah sebuah kebaikan bagi sesama. Singsingkan lengan bajumu, berkeringatlah agar keringatmu terlihat dan berguna bagi bangsa ini hai anak muda. Luruskan niatmu dan jangan mengharap apapun kecuali sebuah senyum kegembiraan dari generasi negeri ini, kesuksesan yang diraih generasi negeri ini dan rentetan mimpi yang mereka miliki.  Bagilah segenggam mimpimu untuk generasi mendatang, jangan hanya kamu genggam mimpimu sendiri karena tak akan berarti dan lama – lama akan hancur impianmu itu. Jangan takut untuk hidup susah, karena di sini kamu akan tahu arti  kenyaman yang sederhana kawan karena itulah sebuah ketulusan dalam pengabdian. Selamat  mengabdi untuk Negri, semoga semakin menguatkan anda untuk mendaftar menjadi seorang Pengajar Muda.
Read more »»  

Selasa, 09 April 2013

Keyword Ajaib Google yang Jarang Diketahui


Google merupakan search engine terkemuka yang meduduki peringkat satu diantara web search lainnya, biasanya hampir setiap orang akan menggunakan google search ini untuk mencari berita atau informasi yang mereka inginkan. Ternyata, terdapat beberapa trik pencarian baru yang bisa dilakukan pada mesin pencari itu.Misalnya, ‘do a barrel roll’ di mana jika diketik di bar pencarian Google, akan terjadi koprol 360 derajat pada antarmuka pencarian itu.

Menariknya lagi, hal tersebut bukanlah satu-satunya hal yang bisa ditemukan dalam properti internet web luas Google. Teknisi Google secara mengejutkan berkomitmen memasukkan hal-hal mengejutkan pada mesin pencari itu.

Untuk melihat semua hal aneh yang bisa dijumpai di Google, berikut rangkuman hal-hal aneh terkeren yang bisa ditemukan di dalam Google Search. Apa saja...?

Do A Barrel Roll
Ingin merasakan seperti apa rasanya terbang dengan jet tempur sembari mencari sesuatu di internet? Ketik ‘do a barrel roll’ pada bar pencarian Google dan saksikan seluruh laman akan berjumpalitan.

What Is The Loneliest Number?
Jangan takut menanyakan pertanyaan sulit pada Google. Ketik query ‘What is the loneliest number’ dan Google akan menjawab ‘1’. Kalkulator akan memberi jawaban sama saat Anda mengetik query ‘the answer to life, the universe, and everything’ dan ‘the number of horns on a unicorn’.

Askew
Saat mengetik query ini, Google akan mejadi sedikit mabuk.

Google Gravity
Lelah dengan Google yang tak memiliki berat? Masuk ke Google Earth dan masuki ‘Google gravity’ dan klik ‘I’m feeling lucky’. Saat bar pencarian, tombol dan logo jatuh ke bawah laman, Anda bisa melempar-lempar­kannya di sekitar laman cukup dengan mengklik, drag dan melepasnya.

Recursion
Anda tahu saat masuk kamar mandi dengan banyak cermin dan saat berbalik, melihat pantulan diri seolah tak terbatas? Ini disebut recursion. Menurut Merriam-Webster­, kata ini berarti ‘prosedur yang bisa diulang-ulang’.­ Pada Google, saat Anda mencari kata ini, Anda akan dibawa kembali dan kembali ke laman baru di mana hal ini seolah tak ada hentinya.

Where Is Chuck Norris?
Google akan memberi Anda laman kosong saat Anda mengklik “I’m Feeling Lucky” untuk mencari query tersebut. Pengguna akan diarahkan pada laman www.NoChuckNorr­is.com yang menampilkan teks dengan tulisan ‘Google tak akan mencarikan Chuck Norris karena Google tahu Anda tak mencari Chuck Norris, ia yang mencari Anda’. Laman ini juga memberi pengguna pilihan untuk mencari ‘laman dari jenggot Chuck’.

Once In A Blue Moon
Google Calculator juga mengembalikan pertanyaan sulit Anda. Ketik query ‘baker’s dozen’ dan kalkulator Google akan mengembalikanny­a dengan ‘13’. Mencari ‘once in a blue moon’ akan memberi Anda sejumlah angka komik kecil Keyword Ajaib Google yang Jarang.
Read more »»