Ida menjelaskan inspirasi itu. Pertama, budaya membaca dan menulis yang dilakukan Kartini harus menjadi kebiasaan perempuan Indonesia, termasuk Fatayat, ”Budaya membaca mungkin sudah banyak yang dilakukan perempuan,” katanya.
Ida menjelaskan itu kepada NU Online selepas peringatan Hari Lahir Fatayat NU ke-63 dengan tema "Meneguhkan karakter keislaman dan keindonesiaan,” di gedung Langen Pelikrama, Pegadaian, Jakarta Pusat, Rabu, (24/4)
Seharusnya, tidak sekadar membaca, tapi harus menulis. Karena, menurut Ida, melalui membaca dan menulis bisa membangun karakter seseorang.
Kedua, inspirasi dari Kartini adalah sosok yang mengembangkan ekonomi perempuan. Ia seorang perempuan yang waktu itu dibatasi, tapi bisa mengapresiasi ukiran-ukiran khas Jepara (tempat lahir Kartini), “Kartini adalah pendobrak!” katanya.
Di samping itu, Kartini melakukan diplomasi internasional. Ia melakukan hubungan dengan teman-temannya di belanda,”Para anggota Fatayat harus banyak belajar kepada perjuangan Kartini seperti itu,” pungkasnya.
Fatayat NU didirikan pada tanggal 24 April 1950 yang dirintis tiga serangkai, yaitu Murthasiyah, Khuzaimah Mansur, dan Aminah.
0 komentar:
Posting Komentar